Jumat, 22 April 2016

Naskah drama Islami "Abdul Qodir dan Perampok"



KABARET “IDAMAN”
(Ikatan Pemuda Nurul Iman)
April/Rajab_2016 M/1437 H
Sangkan Hurip-Katapang
“Abdul Qodir & Perampok”

NAMA TOKOH DAN PEMERAN

Syarifah As Narator
Ilham As Abdul Qodir
Yolan As Ummii
Kafilah
Ridwan As Khalid
Nadya As Zainab
Renita As Maryam
Hadi As Alhadi
Devita As Hafshah
Alivia As Sarah
Indy As Rukayah
Syifa Nur As Sofya
Syifa H As Salamah
Meisya As Fatimah
Irma As Halimah
Perampok
Setyadi As Husain (ketua)
Putri As Asma
Indra As Ibrahim
Fuzan AS Abdullah
Fikri As Razaq
Dani As Aziz
Sandi As Mahmu

Kurang lebih 900 tahun yang lalu di negri Iraq di sebuah kampung yang bernama Jailan. Terdapatlah seorang anak yang bernama ABDUL QODIR. Suatu ketika Abdul Qodir naik keatas atap rumahnya dan melihat pemandangan, tiba-tiba Allah membuat Abdul Qodir bisa melihat orang-orang yang sedang wukuf dipadang Arafah Mekah yang letaknya sangat jauh sekali. Kejadian ini membuat Abdul Qodir sangat menginginkan untuk menuntut ilmu ke negri Bagdad. Abdul Qodirpun turun dan segera menemui ibunya untuk meminta izin.
Abdul Qodir              : “ummi, tolong serahkan aku kepada Allah dan izinkan aku untuk pergi mengaji ke Negeri Bagdad."
ummi             :“Masya Allah”
Abdul Qodir :          “Astagfirllah, ummii maafkan perkataanku, karena sudah membuatmu terkejut.”
ummi             :”tak mengapa nak, mungkin sekarang memang sudah waktunya ummi melepasmu.”
Abdul Qodir :”benarkah itu.?”
ummi              :”Ya tentu saja, ummii mengizinkanmu pergi menuntut ilmu ke negeri Bagdad, akan tetapi ummi ada satu pesan untukmu.”
Abdul Qodir             :”Apa itu ummi..?”
ummi              :”Kamu harus berjanji bahwa kamu akan senantiasa berkata jujur kapanpun, kepada siapapun dan dalam keadaan apapun, karena jika kamu berbohong maka semua ilmu yang kau dapatkan tidak akan bermanfaat”
Abdul Qodir :”Baiklah, aku berjanji untuk senantiasa berkata jujur. Insya Allah.”
ummi              :”nak, sebelum meninggal, ayahmu meninggalkan emas sebanyak 80 dirham. Yang memang disiapkan untukmu pergi menuntut ilmu.”
Abdul Qodir :”Alhamdulillah ummi.”
ummi              :”Tapi nak, ummi dengar diperjalanan menuju negeri Bagdad ada sekawanan perampok, maka dari itu ummi akan menjahitkan dirham ini dalam pakaianmu agar tidak ada yang menduga bahwa kau mempunyai banyak dirham.”
Abdul Qodir :”Ya, terimakasih banyak ummi. Akan tetapi dengan siapa aku akan pergi kesana.?”
ummi              :”pergilah nak, diperjalanan nanti kau akan bertemu dengan kafilah dagang yang hendak pergi ke negeri Bagdad juga.”
Abdul Qodir             :”Baiklah, aku akan segera pergi dan berkemas.”
ummi              :”iya, sementara itu ummi akan menyiapkan semua perbekalanmu.”
Abdul Qodir :”sudahlah ummi, tidak usah. Biarkan aku saja yang mengurusnya.”
ummi                       :”Baiklah, kalu begitu ummi akan menjahitkan dirham ini pada bajumu..”
Abdul Qodir :”Iya, silahkan ummi.”

Beberapa saat kemudian
ummii                      :”Alhamdulillah, baiklah nak ini bajumu yang sudah ummi jahitkan kantong dirham didalamnya. Bagai mana dengan perbekalanmu, apakah sudah selesai kau siapkan.?”
Abdul Qodir :”Alhamdulillah sudah. Terimakasih banyak ummi,sini biarkan aku memakainya sekarang.”
ummi              :”Sini nak biar umii bantu memakaikannya. Nah, selesai”
 Abdul Qodir            :”umii.. kalau begitu aku pamit ummi”
ummi             :”iya nak, walaupun berat untuk melepasmu tapi ummi yakin kasih sayang ALLAH kepadamu jauh lebih besar dari pada ummi. Karena itu aku serahkan engkau pada Allah. Pergilah na..! dan jangan lupa pesan ummi untuk selalu berkata jujur, jika tidak maka ilmu yang kau dapatkan akan sia-sia.”
Abdul Qodir :”Baik ummi, aku akan selalu ingat apa pesan ummi. Aku pergi umii, doakan aku.”
ummi             :”iya nak tentu ummi akan selalu mendoakanmu, hati-hati dijalan dan jaga dirimu baik-baik. Mintalah perlindungan pada Allah karena hanya Allah lah yang bisa melindungimu nak.”
Abdul Qodir :”iya insya Allah, tak perlu khawatir ummi. Seperti yang ummi katakan, aku akan selau berada dalam lindungan Allah. Assalamu’alaykum ummii.”
ummii                        :”iya nak, wa’alaykum salam.”
            Abdul Qodirpun pergi meninggalkan kampung halamannya di Naif, Jailan, Iraq untuk menuntut ilmu. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Abdul Qodir bertemu dengan kafilah dagang yang hendak pergi ke negeri Bagdad.
Abdul Qodir             :”assalaamu’alaykum.. Berhenti..!”
Semua kafilah          :”Wa’alaykum salam.”
Khalid                      :”Ada apa nak, apakah ada yang bisa kami bantu.?”
Abdul Qodir :”tuan, aku hendak bertanya.”
Khalid         
            :”apa yang hendak kau tanyakan nak.?”
Abdul Qodir :”apakah kalian hendak pergi ke negeri Bagdad.?”
Rukayah        :”ya, betul.”
Fatimah         :”nak, mengapa engkau menanyakan hal itu.?”
Abdul Qodir :”begini, aku hendak menuntut ilmu ke negeri Bagdad.”
Khadijah
        :”owh, jadi kau hendak ikut bersama kami.?”
Abdul Qodir :”ya, itupun jika kalian mengizinkan.?!”
Sofya           :”ya, mengapa tidak.???????!”
Zainab                       :”Ayo nak, selamat datang dan selamat bergabung bersama kami.”
Abdul Qodir :”Ya, terimaksaih tuan.”
Maryam         :”nak, dimana rumahmu ?”
Abdul Qodir :”disana, rumahku di perkampungan Jailan”
Zainab
                       :”Kau masih muda dan semangatmu untuk menuntut ilmu sangatlah tinggi nak, orang tuamu sangat beruntung mempunyai putra sepertimu.”
Abdul Qodir :”Segala puji hanya milik Allah, Allah lah yang menggerakan hatiku untukm mencintai ilmu.”
Hafshah         :”nak, pilihanmu untuk menuntut ilmu di negeri Bagdad sangatlah tepat. Bagdad memang
merupakan pusatnya ilmu dan peradaban.”
Abdul Qodir :”Sesungguhnya, Allah lah yang menuntunku untuk pergi ke negeri Bagdad.”

            Abdul Qodir dan kafilahpun melanjutkan perjalanan mengarungi lautan pasir hingga sampailah mereka di Hamadan. Namun di tengah perjalanan tiba-tiba segerombol perampok menghadang  Abdul Qodir dan kafilah untuk menjarah harta benda mereka.
Ibrahim          :”Hei berhenti..!!!”
Abdullah       :”Assalamu’aiykum”
kafilah             :”wa..wa..wa’alaykum salam..” (dengan nada ketakutan mereka menjawab salam dari rampok 1)
Asma              :”Dasar bodoh..!!! mengapa kau ucapkan salam kepada mereka..?!!  kita ini hendak merampok, bukan hendak meminta sedekah dari mereka”
Abdullah       :”ma..ma..maafkan aku, aku lupa.”
Asma              :”sudahlah lupakan. Sekarang jarah harta benda mereka satu persatu.”
perampok     :”baik”
Halimah
        :”Jangan, kami mohon jangan lakukan ini. Jika harta kami kalian rampas maka bagimana dengan kelangsungan hidup kami dan keluarga kami..?”
Ibrahim          :”Masa bodoh, itu bukan urusan kami, sekarang cepat keluarkan semua harta milikmu    .” (sambil menghunuskan pedang)
                        :”baik tuan baik..”
Khalid         
            :”Kalian hanya bisa menindas yang lemah. Kalau bisa sini lawan aku.”
semua perampok :”semua, seraaaaaang...!!!!!”

            Semua perampok bertarung dengan salah satu kafilah dagang yang pemberani, dan kafilah tersebut berhasil membuat kawanan perampok itu kewalahan.
Abdullah       :”ampuuun..ampuuun..”
Asma
              :”Dasar kalian ini tidak berguna, mengalahkan satu orang saja kalian tidak bisa. Sini biar aku yang tangani.” (Asma dan Khalidpun bertarung dan pertarungan dimenangkan oleh Asma, Khalid mati akibat pedang yang dihunuskan Asma kpd Khalid)
Khalid                      :”Asyhadu alla ilaahaillah.....”
Asma              :”sekarang, ayo cepat lanjutkan pekerjaan kalian..”
Setelah kematian pimpinan kafilah, ketakutan diantara kafilah yang lainpun semakin menjadi-jadi. Semua perampok melanjutkan pekerjaannya menjarahi harta benda kafilah.
Ibrahim
          :”hei kamu.. cepat serahkan hartamu..”
Sarah             :”i..iyaa.. ini ambil saja tuan.”
Ibrahim          :”mana hartamu..?”
Hafshah
         :”ini tuan ambil saja semua milikku. Hanya ini yang aku punya.”
Abdullah
       :”keluarkan hartamu..”
Maryam
         :”ini tuan, ini semua hartaku. Ambil semuanya tuan. Tapi aku mohon jangan bunuh aku dan anakku. Biarpun anakku ini hitam dan sangat nakal tetapi aku sangat menyayanginya.”
Alhadi                        :”iyaaaa,, ampuuuun.. ampunnnnn.. jangan bunuh kami..!”
Asma              :”baiklah, kalian beruntung. Sekarag aku sedang tidak ingin membunuh orang lain lagi”
Razaq                        :”ayoo cepat keluarkan hartamu..!!”
Zainab                       :”iya tuan, ini perhiasan yang aku punya.”
Razaq                        :”baguuusss..”
Ibrahim
          :”serahkan perhiasanmu..”
Rukayah        :”Jangan tuan”
Ibrahim          :”kamu cari mati ya.?”
Rukayah        :”tidak tuan, tidak.. baiklah ini ambil semuanya..”
Ibrahim          :”Lalu kau, apa yang kau punya.? Serahkan semuanya padaku..!”
Sofya             :”Ini.. tuan.. silahkan ambil saja..!”
Aziz                :”hei kau.. hanya ini yang kau punya,?”
Salamah        :”ii..iya tuan, akau hanya mempunyai itu, jika tidak percaya silahkan periksa.”
Aziz                :”Baiklah aku percaya padamu.”
Abdullah
       :”hei kau orang miskin, apa yang  kau punya.?
Abdul Qodir :”aku punya 80 dirham yang dijahitkan didalam bajuku”
Ibrahim
          :”hah.? Yang benar saja kau, mana mungkin orang miskin sepertimu mempunyai banyak sekali dirham.? hahaaaa”
Abdul Qodir :”ya tuan, aku tidak berbohong.”
Mahmud
        :”hahahaaaa.. jangan bercanda kau.. hahhaaaaa..”
Asma 
            :”hahaaa.. hei anak kecil, kau ini lucu sekali.. jangan bermimpi disiang bolong seperti ini. Sudahlah kawan-kawan tak perlu kalian dengarkan dia, mungkin dia sudah gila.”
            Setelah beberapa saat, tiba-tiba terdengar suara yang lantang dari kejauhan. Ternyata itu adalah suara dari ketua perampok tersebut..
Husain                     :”Hei anak buahku.. cepat kemari dan bawa hasil jarahan kalian..”
perampok     :”baik ketua” (bergegas)
Husain                     :”hahaaa..ternyata bagus juga kerja kalian. Hari ini hasil jarahan kita dua kali lebih banyak dari pada kemarin..”
Abdullah       :”Alhamdulillah ketua.”
Husain                     :”Dasar tolol, mengapa kau mengucapkan Alhamdulillah. Kita ini mendapatkan harta dari hasil merampok..”
Abdullah       :”memangnya salah ya ketua..? siapa tau dengan menyebutkan Alhamdulillah, harta yang kita dapat akan diberkahi Allah.”
Asma              :”dasar kau ini, mana mungkin Allah memberkahi harta haram..? haha..”
Husain           :”sudah, sudah tak perlu dibahas lagi.”
Semua Perampok    :”baik ketua.”
Husain                     :”Tapii. Apakah kalian sudah merampas semua harta kafilah itu.?”
Aziz                :”sudah ketua, akan tetapi ada satu yang belum. Dia orang miskin yang mengaku mempunyai emas sebanyak 80 dirham yang dijahitkan di dalam bajunya..hahaa”
Asma              :”iya ketua, pakainnya sungguh jelek, mana mungkin dia mempunyai harta sebanyak itu.hahaa”
Abdullah       :”iyaa hahaa.. ..”
Husain                   :”hahahaaa benarkah itu..? lucu sekali, miskin tapi mengaku kaya..”
Asma              :”hahaaa.. iya benar ketua. Dengan melihat penampilannya yang seperti itu mana mungkin kami percaya..hahah..”
Husain                     :”hmmmm.. tapiii aku jadi penasaran.. hei kau pergi dan bawa anak itu kehadapanku.. cepaaaaaaatttttt...!!!”
Ibrahim
          :”ba..baaik ketua..”
            Beberapa saat kemudian, Abdul Qodir berhasil diseret untuk diserahkan kepada ketua perampok. Akan tetapi Abdul Qodir tidak panik atau bahkan takut. Wajahnya tidak menunjukan rasa takut sedikitpun walaupun pedang sudah siap menghunus lehernya.
Indra                :”ketua, ini dia orangnya.”
Abdul Qodir :”Assalamu’alaykum”
Husain                     :”ooh jadi ini orangnya, kau masih sangat muda rupanya. Lalu harta apa yang kau punya.?”
Abdul Qodir :”Aku mempunyai harta sebanyak 80 dirham yang dijahitkan kedalam bajuku.”
semua perampok:”hahaaaaaaaaaa”
Husain                     :”kau.. cepat periksa pakaiannya.”
Mahmud        :”ketua, sepertinya ada sesuatu dalam pakaiannya.” (terkejut katena menemukan sesuatu)
Husain                     :”jangan bercanda kau.”
Mahmud        :”aku tidak berbohong ketua.”
Husain                     :”kalau begitu cepat robek bajunya dan keluarkan isinya”
Mahmud        : (sambil menyobek baju) ”benar ketua, ada sebuah kantong dan isinya memang dirham”
semua perampok:”hah?” (terkejut)
Husain                     :”benarkah..? coba kau hitung semua dirham itu”
Asma              :”Sini biar aku yang hitung. 1..2..3..4..  semuanya pas 80 dirham ketua”
Husain                     :”hah.. aku tidak percaya.. hei siapa namamu..? sekian lama aku merampok, baru kali ini aku menemukan orang jujur sepertimu. Mengapa kau berbuat demikian.?”
Abdul Qodir :”Namaku Abdul Qodir, aku berkata jujur karena aku sudah berjanji pada ummii untuk senantiasa berkata jujur dimanapun, kapanpun, kepada siapapun dan bahkan dalam keadaan bagaimapun. Jika aku berbohong, aku takut jika Allah tidak memberkahi ilmu yang aku peroleh sehingga hasilnya tidak bisa bermanfaat”
Husain                     :(termenung kemudian menangis)
Asma              :”Ada apa ketua, selama ini baru aku melihat dirimu menangis.?”
Husain                     :”wahai anak buahku.. apa kalian tidak malu..? lihatlah anak sekecil dia sudah bisa berlaku jujur dan sanggup menepati janjinya kepada ibunya, kalian lihatkan..? sedangkan aku yang sudah setua ini tidak pernah berlaku jujur terhadap orang lain apalagi terhadap Tuhanku. Begitupun dengan kaliankan..?”
semua perampok    :”iya betul sekali ketua,,”(merenung dan menangis)
Husain                     :”wahai anak buahku.. mulai sekarang aku akan bertaubat kepada Allah dan tidak akan merampok lagi. Jika sebelumnya aku memimpin kalian dalam merampok maka saat ini aku akan memimpin kalian untuk bertaubat. Bertaubatlah kepada Allah”
semua perampok:”iya ketua kamipun akan bertaubat”
Husain                     :”Baiklah, sekarang mari kita kembalikan barang jarahan ini kepada pemiliknya.. bagaimana. Setuju..?”
semua perampok:”Yaa. Tentu saja kami setuju.. ayo kawan-kawan..”
Husain                   :”wahai kafilah, maafkanlah kami.. sekarang kami sudah bertaubat dan kami akan mengembalikan semua harta benda kalian..
semua Kafilah          :”Alhamdulillah.. terimaksih banyak.”
Ruqayah        :”Allah Maha Pemaaf dan insya Allah kamipun sudah memaafkan kalian..”
semua Perampok:”Alhamdulillah terimaksih banyak..” (kafilah dan perampok sling berjabat tangan)
Dengan jalan kejujuran Abdul Qodir maka para perampok itupun akhirnya bertaubat kemudian Abdul Qodir melanjutkan perjalanannya menuju negri Bagdad untuk menuntut ilmu. Berkat bakat dan kesalehannya ia cepat menguasai semua ilmu. Masyarakat Bagdad sangat mengagumi dan menghormati Abdul Qodir. Abdul Qodirpun digelari Ghauts Al-A’dzam atau wali Ghauts terbesar. Dan di negeri kita Indonesia beliau dikenal sebagi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani.
Demikianlah persembahan dari IDAMAN (Ikatan Pemuda Nurul Iman) semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah ini.
Akhir kata..

Kamis, 26 Juni 2014

Puisi Cintamu

Secercah Kataku Untukmu


Jika kamu bukanlah satu-satunya, lalu kenapa jiwaku merasa senang hari ini?

Jika kamu memang bukan satu-satunya, lalu kenapa aku merasa menyentuh tanganmu?

Jika kamu bukan milikku, lalu kenapa hatimu menjawab panggilanku?

Jika kamu bukan milikku, akankah aku memiliki kekuatan untuk berdiri?

Aku tidak akan pernah tahu tentang masa depan
Yang pasti, aku tau bahwa kau ada disini bersamaku sekarang
Kita akan melalui semuanya
Aku berharap kamu satu-satunya orangyang akan kuajak berbagi
Aku tak ingin lari dari semua ini, tapi tak mungkin, Aku tak paham dengan semua ini
Jika aku tercipta bukan untukmu, lalu kenapa hatiku berkata bahwa aku adalah untukmu

Adakah jalan untukku bersandar di lenganmu?

Jika aku tidak membutuhkanmu, kenapa aku sering menangis di pembaringanku?

Jika aku tidak membutuhkanmu, kenapa namamu menggema di kepalaku?

Jika kamu bukan untukku, kenapa jarak ini merusak hidupku?

Jika kamu bukan untukku, kenapa aku memimpikanmu menjadi istriku?

Aku tak memahami kenapa kau jauh
Tapi aku tahu, semua ini nyata
Kita akan melaluinya
Dan aku berharap kamulah satu-satunyanya orang yang kuajak berbagi
Dan semoga saat mati nanti, kamulah satu-satunyanya orang yang ada disampingku
Dan aku berdo'a, kamulah satu-satunya orangyang menemaniku membangun rumahku
Aku berharap aku mencintaimu seumur hidupku
Aku tak ingin lari dari semua ini, tapi tak mungkin, Aku tak paham dengan semua ini
Jika aku tercipta bukan untukmu, lalu kenapa hatiku berkata bahwa aku adalah untukmu

Adakah jalan untukku bersandar di lenganmu?

Karena aku merindukanmu, membuat tubuh dan jiwaku kuat, dan itu membawa serta nafasku,
Dan aku menghirupmu kedalam hatiku, berdoa demi sebuah kekuatan untuk tetap berdiri disini
Aku mencintaimu, tidak peduli apakah itu benar atau salah
Yang pasti, malam ini aku tidak bisa denganmu
Dan hatiku ada bersamamu :)

Minggu, 23 Maret 2014

CERPEN : Aku dalam Sangkar

AKU
dalam
SANGKAR
Oleh : Syarifah Nurrohmah
XII Akuntansi

                IPEH”, kawan-kawanku biasa memanggilku dengan sebutan itu. Nama lengkapku Syarifah Nurrohmah, aku lahir di Yogyakarta tepatnya pada tanggal 10 Maret tahun 1996. Kini aku menduduki bangku kelas IX SMP. Aku hanyalah anak dari seorang tukang las dan pedagang. Karena aku adalah anak pedagang, tak jarang aku membantu ibuku untuk menjaga barang dagangannya. Jika kalian berfikir bahwa ibuku adalah seorang pedagang besar, tentu kalian keliru. Ibuku hanya membuka warung kecil-kecilan. Yaaaah kalian mungkin tau, penghasilan warung kecil itu tidaklah seberapa.
            Sepulang sekolah biasanya aku selalu memulai kegiatanku diwarung kecil milik ibuku itu.  Dari pukul 13;00 s/d 17;00. Hal itu tentu tidaklah memberatkan bagiku, aku hanya perlu duduk manis menunggu pelanggan. Hal itu kulakukan setiap hari, setiap hari, setiap hari, dan setiiiaaap hariiiii. Melihat rutinitasku yang seperti itu, maka tak aneh jika orang-orang dan tetanggaku mempunyai anggapan bahwa aku merupakan seorang anak yang baik, penurut, dan mungkin cukup bisa dibilang KUPER.
            "KUPER" Bagaimana tidak..? Aku tak punya waktu untuk bermain dengan teman-teman sebayaku. Semua waktuku habis kupakai untuk membantu ibu. Terkadang jika egoku tengah berada dipuncak, aku selalu bergumam dalam hati.
             Hati yang hanya satu ini seolah mempunyai dua sisi yang berbeda, sisi baik dan sisi buruk. Aku biasa menyebut sisi baik itu dengan sebutan NUR dan NAR untuk sisi buruk.  Aku mendapatkan ilham untuk menamai kedua sisi yang berlawanan itu dari guru ngajiku Pak Uztad Sholeh Muchtar.
(Flash Back)
            Seperti biasa, seusai isya pak uztad memberikan ceramah-ceramah. Ntah mengapa dibagian ini aku selalu bersemangat. Telinga dan mataku sudah siap siaga untuk mendengar ceramah pak uztad Sholeh.
ceramah langsung kepembahasan inti.
Pak uztd : "Ada dua hal yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan kita, yaitu NURANI dan NALURI.             NURANI berasal dari kata Nur yang artinya Cahaya. Sedangkan NALURI berasal dari kata Nar  yang artinya api. cahaya biasa didentikan dengan malaikat dan kebaikan, sedangkan api diidentik dengan setan, nafsu, amarah,  dan keburukan. Coba kita lihat hewan, mereka hidup dengan naluri bukan dengan nurani"
Rima    : "Kenapa bisa gitu pak?"
Pak uzt : "itu karena nurani hanya dimiliki oleh kita manusia. Maka jika ada manusia yang hanya            mengikuti nalurinya dalam kata lain nafsunya maka orang tersebut tentu tidak ada   bedanya dengan hewan. Ingat, nurani itu selalu berkata baik dan menuntun kepada                kebaikan."
(Flash Back selesai)
            Dengan amarah yang seolah siap membeludak, aku bergumam dalam diam.. Bak bom waktu yang siap meledak, aaaaakh rasanya ingin berteriak dan memecahkan tangisan.
 NAR : “ Tuhaaaan.. kenapa? Kenapa HAL INI HARUS TERJADI PADA DIRIKU? Kenapa Tuhan?        Kenapaa? Lihatlah Tuhan, Engkaupun pasti melihatnya bukan? Teman-temanku dapat            dengan bebas bermaian kapan saja, dimana saja dan melakukan apa saja. Sedangkan     aku? Aku hanya dapat duduk diam di tempat ini, tempat yang mungkin sekarang sedang      aku benci. Diam, diam menunggu para calon pembeli membeli sesuatu yang mungkin          sedang mereka butuhkan. Tuhan, sebenarnya aku tak mau melakukan hal yang dapat                  menyita dan dan merenggut hari bahagiaku bersama kawan-kawan sebayaku. Tuhan,     adilkah hal ini untukku?”
NUR :   “ah Tuhan, mengapa aku sanggup untuk berfikiran seperti itu? Di sini hanya aku yang     dapat ibu andalkan untuk menjaga warungnya. Anak macam apa aku ini Tuhan? Baru             seperti ini saja, keluhku sudah menggunung. Maafkan aku tuhan. Maafkan aku.”
            Yaaa.. memang, mungkin jika aku tak berfikir dua kali, aku pasti takan sepasrah ini merelakan waktu remaja dan waktu bahagiaku. Entah mengapa jika aku melihat wajah ibu, aku selalu bertanya pada nuraniku sendiri.
NUR :   “ Sebenarnya apa yang dirimu fikirkan? Dirimu hanya memikirkan dirimu sendiri.            jika kau bandingkan dengan ibumu. Ia harus rela untuk bangun pagi jam 03;00 untuk        mencuci pakaian, membersihkan rumah, pergi kepasar ditambah lagi ibumu harus    menjaga warungnya hingga jam 13;00. Ayolah         sadar.. sadarr”
Walaupun begitu, NAR terus saja menyahut gumaman dari NUR
NAR :   “ ah Tuhan, sungguh menyedihkan diriku ini. Sungguh malang nasibku ini, ingin rasanya aku bermaian bebas tanpa terikat dengan suatu hal apapun termasuk tanggung  jawabku terhadap warung bodoh itu.”
            Terdengar kicauan burung Kenari milik tetangga sebelah, kicauan itu seolah menarikku keluar dari dalam warung. Ketika aku tengah berada diluar warung, pandanganku langsung kutujukan pada burung Kenari yang tengah berkicau itu. Iba rasanya melihat burung kenari tetanggaku yang berada dalam sangkar. Mungkin ia sangat menginginkan kebebasan sama seperti aku. Burung itu terus berkicau dan menatapku seolah-olah ia berkata.
 "jangan bersedih, akupun sama sepertimu. aku ingin bebas terbang jauh dan membelah langit biru yang cantik itu. Namun apaboleh buat, ini adalah takdirku, aku diciptakan untuk berada disini dalam sebuah sangkar milik tetanggamu. Seperti yang kau ketahui, pemilikku sangat menyayangiku dan bisa kau bayangkan jika aku pergi melarikan diri dari sini, betapa sedihnya pemilikku ini karena kehilanganku. Pemilikku membutuhkanku begitu juga dengan ibumu, ia sangat membutuhkanmu. Ayo tersenyumlah, tersenyumlah..! Hadapi, Jalani, Nikmati, dan syukuri takdirmu!". Rupanya Kenari cantik nan bawel itu sedikit menghiburku, ternyata aku tak sendiri disini.
Semua kawan-kawan disekolahku sudah mengetahui bahwa aku ini adalah tuan putri dari seorang pemilik warung. Tak jarang kudapatkan ejekan dan cemoohan dari kawan-kawanku meskipun begitu, aku selalu berusaha untuk menanggapi hal itu dengan gurauanku. Sebanarnya gurauan itu hanyalah siasatku agar mereka beranggapan bahwa aku menikmati hari-hariku di warung kecil itu.
Terkadang, ah rasanya bukan terkadang lagi. Seringkali aku merasa malu pada kawan-kawanku, bukan malu karena aku adalah anak dari seorang pedagang kecil, tetapi aku malu karena aku selalu terlambat untuk datang disetiap acara yang sebelumnya telah kawan-kawanku rencanakan. Meskipun dihari libur, tetap saja tanggung aku harus bertanggung jawab atas tugasku dirumah yakni menjaga warung milik ibu. jika libur sekolah, ku hanya mempunyai waktu sekitar 2 sampai 3 jam untuk bermain dengan kawan-kawanku namun sebelum pergi dengan  kawan-kawanku, aku harus membantu ibuku untuk menjaga warung kecilnya. Namun apa boleh buat, hanya itu kesempatan yang kumiliki untuk dapat bermain bersama kawan-kawanku. Aku tak bisa mengelak dan berpaling dari tanggungjawab ini. Ayahku tak mempunyai pekerjaan tetap, dia hanya seorang tukang las yang gajinyapun tak seberapa. Itupun jika ayahku mendapat proyek, jika tidak tentu ayahku hanya menunggu dirumah sampai ada pekerjaan berikutnya.
Pernah suatu ketika ayahku tak mendapatkan proyek las, dan hal itu tentu menyebabkan ibu dan ayahku sering bertengkar, titik permasalahannya tentu tak jauh dari uang. Sedih rasanya bila melihat dan mendengar mereka bertengkar. Aku selalu berpura-pura menutup mata dan telingaku. Aku selalu menjadikan sekolah sebagai pelarianku dari masalah ini karena disekolah aku bisa melupakan sejenak masalah yang sedang orangtuaku alami.
Aku cukup aktif dalam kegiatan disekolah. Aku mempunyai kawan-kawan yang selalu ada untukku. Dan beberapa guru cukup mengenalku. Berbicara tentang kawan-kawan, ada tujuh orang yang menjadi kawa baikku disekolah. Solidaritas menjadi pemersatu kami dalam bersahabat. Namun terkadang solidaritas itu sedikit membebaniku karena seringkali aku tak bisa memenuhi ajakan mereka.
Perbincangan antara aku dan kawan-kawanku sepulang sekolah.
Wida    : “temen-temen, sekarang seperti biasa kita ngumpul dirumah Hani okeh…!” :D
Nuru    : “oke, semuanya harus ikut lho !” :D
Herlina            : “oke deh, aku siap” ;)
Aku      : “hmmm… gimana ya… ?!” :l
Yuyun  : “ayo dong… pokoknya semua harus ikut !” :)
Wida    : “ayolah Peh, kamu kenapa sih tiap kali kita ada kumpul-kumpul kamu jarang banget     ikutan?” :@
Aku      : “maaf banget, bukannya aku gak mau, tapi aku sibuk harus bantuin mamah dirumah.    Maaf ya…” :(
Wida    : “kamu mah so' sibuk banget. Masa tiap hari sibuk terus sampe ga ada waktu buat         kita?” :@
Herlina            : “iya Peh, kamu kenapa sih ga bisa sekali-kali luangin waktu buat kita?” :/
Hani     : “kenapa sih Peh sekarang kamu berubah ga kaya dulu lagi? Dulu kamu gak pernah nolak kalo kita ajak ngumpul.” :/
Aku      : “ya abis gimana lagi, aku mesti bantuin mamah, kasihan mamah aku ga ada yang         bantuin.” :(
Wida    : “masa sebentar aja ga bisa?” :/
Aku      : “iya serius, aku ga bisa. Maaf banget yaaaaa…” :(
Herlina            : “yaudah deh terserah kamu aja lah…” :@
            Perbincangan itu biasanya berlanjut dibelakangku. Mereka seakan tidak mau tau akan kesibukkanku dirumah. Yaaah maklumlah aku sudah tau betul bagaimana kebiasaan mereka. Dan akupun cukup mengerti dengan keluhan mereka mengenai perubahan sikapku yang biasanya seusai sekolah aku selalu mengikuti ajakan mereka untuk ikut berkumpul dirumah wida, herlina maupun Hani.
Wida    : “kenapa sih si Ipeh kenapa kaya yang ga mau temenan lagi ma kita?”
Yuyun  : “iya ya… bener banget, udah sering dia gak mau kita ajakin ngumpul lagi.”
Herlina            : “ya mungkin aja dia emang lagi sibuk?”
Wida    : “ah masa tiap hari sibuk terus?”
Hani     : “bener tuh, meski sibuk harusnya bisa dong sekali-kali mah ikut ngumpul ma kita-         kita.”
Yuyun  : “gimana kalau kita kasih pelajaran aja lah biar dia ga gitu terus…?!”
Wida    : “iya bener… bener… besok besok kita cuekin aja dia biar tau rasa”
Herlina            : “jangan ih, kan kasihan dia… “
Wida    : “biar aja. Biar dia bisa ngehargain kita-kita.”
Yuyun  : “iya, aku juga setuju.”
Herlina            : “yaudah lah aku ikut kalian aja.”
            Sedih rasanya bila aku diperlakukan seperti itu oleh mereka. Bukannya aku tak mau bermain dengan mereka. Tapi aku juga harus membantu ibuku dirumah. Bukan sekali dua kali mereka memperlakukanku seperti itu, aku harus menjelaskan panjang lebar agar mereka mau mengerti akan tanggungjawabku dirumah.
Walaupun dengan begitu banyaknya semua permasalahanku, aku tetap bersyukur. Aku tahu bahwa semua itulah yang akan mendewasakanku. Semua itulah yang akan mendidikku agar menjadi orang yang kuat dan tegar sehingga kelak aku bisa menjadi orang yang sukses. Aku juga bersyukur orangtuaku menyayangiku dan selalu memperhatikanku.
            Itulah sekelumit kisah tentang aku. Seorang remaja yang beranjak dewasa dengan semua rintangan, harapan, cita-cita dan angannya. 


***